tirto.id - Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto mengakui elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto lebih unggul dibandingkan bakal capres Ganjar Pranowo.
Menurut Utut secara popularitas, publik lebih lama mengenal nama Prabowo, salah satunya karena sudah mengikuti beberapa kali kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres).
"Jadi perjalanan Pak Prabowo sudah lama, sedangkan Pak Ganjar baru 46 hari tapi trennya positif," kata Utut Adianto di sela Rakernas PDIP di Sekolah Partai PDIP pada Selasa (7/6/2023) kemarin.
Dirinya menjelaskan bahwa yang terpenting bagi Ganjar adalah menjaga stamina dalam proses kampanye ke publik. Sehingga soliditas dan akar rumput PDIP dan relawan pendukung terus bergerak.
"Ini maraton yang perlu dijaga stamina tren positif. Kalau ibu (Megawati) konsepnya untuk selalu solid bergerak. Kalau semuanya bergerak mudah-mudahan kita bisa menghantar Pak Ganjar menjadi presiden ke depan," ungkapnya.
Dirinya tak memungkiri bahwa cawapres menjadi salah satu pendorong dalam membangun kesuksesan Ganjar. Namun dia tak menyebutkan nama atau kriteria cawapres yang akan dipilih nantinya.
"Nanti dari situ tentu saja akan ada plus maupun minus yang paling komplementer. Tentu saja saling melengkapi dan kita pemahamannya kandidat bakal cawapres ini memperkuat kita. Itu konsep besarnya," jelasnya.
Sebelumnya, Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei elektabilitas capres 2024 pada Minggu, 4 Juni 2023. Mereka menggunakan simulasi dengan memakai 3 nama capres: Prabowo, Ganjar, dan Anies.
Survei dilakukan terhadap 1.230 responden via telepon. Pemilihan sampel menggunakan metode RDD (random digit dialing) dengan margin of error +/- 2,9 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Hasilnya, elektabilitas Prabowo Subianto berada di paling atas. Ketua Umum Partai Gerindra ini tembus angka 38 persen. Prabowo mengalahkan kandidat yang diusung PDI-Perjuangan, Ganjar Pranowo dengan 34,2 persen. Sedangkan Anies Baswedan masih berada di paling akhir dengan jumlah pemilih 18,9 persen.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Bayu Septianto